- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Donny & Elisa
Ini adalah pertemuan pertama yang Elisa hadiri setelah ia bolos tiga pertemuan sebelumnya pada Seminar Hidup Baru (SHB). Untungnya ada beberapa orang yang ia kenal di sana dan juga seorang teman lama dalam satu grup sesi sharing.
Untuk pertama kalinya, Elisa menceritakan tentang duka dan luka masa lalunya di hadapan orang lain selain keluarganya. Kisah kehilangan tentang seseorang yang sangat ia kasihi. Tak terasa bulir bening itu luruh di sudut netranya.
Sesi sharing diakhiri dengan kata-kata yang saling menguatkan satu sama lain. Apapun bentuknya, kehilangan sangatlah menyakitkan. Begitulah kesimpulan yang Elisa petik dari sesi sharing malam ini.
***
Pria itu, Donny. Seorang duda anak satu, teman satu grup sharing, juga menceritakan duka yang sama. Betapa ia masih berduka atas kehilangan isteri tercintanya. Meski ia tak mengatakanya namun terlihat jelas dari raut wajahnya.
Seorang teman menggoda Donny dengan berkata, "Nomornya ada di grup WA ya, tinggal dilihat aja." Donny dan Elisa pun tertawa, sambil sesekali melirik satu sama lain.
Pertemuan malam itu pun akhirnya usai, begitu pula dengan segala kisah sedih dan juga candaan diantara mereka.
"Sampai bertemu minggu depan," ucap ketua grup.
"Jangan sampai nggak hadir ya," ujarnya lagi. Lalu kami pun saling bersalaman dan say goodbye.
Elisa berjalan keluar dari aula dan melangkah menuju parkiran. Menunggu Lina di pos satpam. Tak berapa lama kemudian motor Donny lewat di depannya.
"Mari Kak Elisa, mau saya antar pulang sekalian," ujar Donny.
"Nggak usah. Terima kasih. Aku sudah dijemput sama adikku," ujar Elisa.
"Oh baiklah, kak," ujar Donny sambil tersenyum.
Tak berapa lama, Lina datang.
"Hai, kak El," ujar Lina sambil melambaikan tangannya ke arah Elisa.
"Hai," ujar Elisa sambil buru-buru menghampiri Lina.
"Bagaimana pertemuannya malam ini. Ketemu kawan baru nggak? Atau jangan-jangan sudah ketemu cowok baru?" goda Lina sambil melirik ke arah Donny.
"Wadduh, masih jauh itu sih," jawab Elisa sambil tertawa kecil.
"Dah kak Elisa, saya duluan ya," ujar Donny saat lewat di depannya. Elisa hanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya.
"Cie ... dah langsung dapet gebetan aja kakakku ini," ujar Lina sambil terkekeh.
"Dah, gak usah dibahas. Yuk jalan," ujar Elisa kemudian sambil menepuk pundak Lina dari belakang.
"Ok, siap kak El," ujar Lina melajukan motornya.
Pikiran Elisa tiba-tiba melayang pada sosok Donny. Ahh, distraksi yang sungguh lucu, pikirnya. Tak sebersit pun terlintas dipikiran Elisa tentang pria lain. Fokusnya saat ini, hanyalah kedua buah hatinya. Lagi pula ia tak bisa mengkhianati suaminya, maksudnya almarhum suaminya. Bagi Elisa, takkan pernah ada pengganti suami ataupun ayah bagi dirinya dan juga kedua buah hatinya. Hanya Brian, satu-satunya pria dalam hidupnya.
***
Motor yang Lina kendarai melesat menembus malam yang semakin pekat, meliuk-liuk melewati beberapa kendaraan di depannya bak pembalap profesional. Membuyarkan lamunan Elisa.
"Hei, pelan-pelan. Aku masih pengen hidup tauk," ujar Elisa sambil menepuk pundak Lina.
"Ya ampun kal El, ini tuh sudah pelan tauk," ujar Lina sambil kembali menyalip di antara dua mobil di depannya. Elisa kembali menepuk pundak Lina, kali ini lebih keras.
"Jangan gila ya Lin. Kasihan anak gue di rumah, kalau emaknya kenapa-napa," ujar Elisa sambil ngomel-ngomel.
"Sorry kak El. Aman kak ... aman!" ujar Lina sambil terkekeh dan mulai memelankan laju motornya.
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Elisa, membawa khayalnya kembali pada pertemuan tadi.
Donny .... Ah, maaf! Kamu ataupun pria lainnya, nggak akan pernah ada dalam kamus cinta hidupku.
(cerita terinspirasi dari kisah nyata)
***
@ikaledjaph_writing
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Ya ampun. Penasaran kelanjutannya
BalasHapusDi tunggu ya kak Ulfa 😊
Hapus